Langsung ke konten utama

Memahami takdir lewat logika mata Kehidupan




Ini adalah babak pertama saya, mereka semuanya yang sedang berjuang, berjuang menjalankan kehidupan dengan cara berbeda, pola melihat kehidupan yang sedikit banyak tercemar dengan asap kepuasan dan hiburan secara konstan.
Dari sisi nasib, mungkin saja ada bahasan yang lebih populer dari sebagian pengamat memahaminya, apa itu yang dipahami?
Memahami alam dan masalah kehidupan, seperti apa? Caranya seperti apa? Lalu hasil yang didapatkan bagaimana?
Lagi-lagi perbahasannya tentang masalah kehidupan, saya sendiri menilai kehidupan seperti halnya saya mencicipi makanan favorit yang lama tak dijumpai, bahagia tak terkira, begitupun kehidupan selalu ada kebahagiaan di dalam meskipun semu.
atau seperti ini, saya umpamakannya saya di undang pada pesta besar oleh seorang artis dunia, entahlah kenapa dia mengundang saya? Aneh kan..ngimpiiii
wah saya nulis mulai ngelantur ini. Mungkin faktor jam istirahat kerja, atau memang saya sangat kekurangan materi yang ingin saya sampaikan. Noh kayanya poin ke dua yang paling afdhol masalah yang terjadi pada saya.
Mari kita telaahi untaian kalimat yang indah ini
Dalam Alquran Allah Swt berfirman dalam surat al’ra’d ayat 11 : 

...........Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. ... (Q.s Ar-Ra’d : 11).

Tema masalah kehidupan berubah jadi takdir.  Ohh.. lagi-lagi ini porsinya kemasyuran untuk jaman ayeuna.
Kalimat “Takdir” selalu dijadikan alasan bagi sebagian manusia untuk berkilah, ketika manusia itu terpuruk atau mendapatkan suatu masalah kehidupan yang menghampirinya,
Mari kita berikan contoh : “aku miskin, mungkin ini takdirku, atau kenapa aku menghadapi masalah seberat ini? mungkin ini takdir Tuhan sudah jalanku seperti ini?”
Begitulah kesimpulan sebagian orang tentang kejadian yang dialami, sehingga seolah-olah masalah yang datang pada dirinya gara-gara Tuhan semata. Tentu menurut pendapat sederhana saya secara logika pun keliru.
Mari kita urai kembali sejarah seorang yang mungkin menjadi panutan dari kesejarahannya. Mungkin pernah kita melihat, mendengar seseorang yang berasal dari orang yang kacau balau hidupnya, masalah qubra bertubi-tubi tapi di kemudian hari ia bangkit menjadi perkasa dan masalah yang ia hadapi menjadi inspirasi bagi setiap orang yang mendengar.
Kesimpulan saya, sederhana:
Kaji diri, introspeksilah. Tak ada masalah yang bukan dari tangan sendiri, kecuali ada yang mendholimi kita tanpa sebab, pengecualian itu bisa dijadikan celengan buat akhirat kelak sekira menjadi amal ibadah kita kelak, wess.. kita percaya saja atas keadilan Hukum sang maha Hakim.
Hidup itu masalah, manusia yang hidup tentu harus menghadapi masalah itu, eh bahkan yang matipun kalau gak wajar matinya, alias bukan waktunya diambil oleh sang pemilik, tetap itu bakalan menghadapi masalah dulu.
Terus hadapilah masalah dengan solusi bukan dengan keluhan
Semakin kita mengatasi masalah semakin manusia itu kuat
, contoh sederhana lagi : anak jalanan/pengemis (bukan abal-abalan)  bisa bertahan hidup, dari satu perempatan gang, rumah tanpa memegang sepeser uang, kadang makan sisa orang yang gak habis, tetap ia jalankan hingga sekarang mereka tetap hidup, bisa bernafas seperti orang biasa atau pejabat pada umumnya.
Lain lagi orang kaya yang sudah terbiasa megang uang. Serba mudah, ketika ia bangkrut atau terkena PHK, kemungkinan bertahan hidupnya masih diragukan. Alih-alih sehat, bisa jadi orang kaya itu sakit baik itu batin maupun lahir, dan si Kaya itu bisa kita prediksi sangat tertekan menghadapi masalah itu.
Jadi, manfaatnya hidup, tenangnya hidup, nikmatnya hidup, semua itu berada di tangan manusia,
Jangan salahkan Tuhan, karena Allah tidak akan merubah suatu kaum kecuali dirinya sendiri yang merubah.
Loh seistimewa itu Allah memberikan kewenangan, kebebasan berkehendak kepada manusia, masih mau ngelak, nyalahin masalah karena penyebab dari Allah? Masih mau protes ya? ^_^
Ati-ati loh.. bisa-bisa blangsat dunia akhirat, naudzubillah
 .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

OPTIMIS = OP + 3B

Muqodimmah dulu yah  Biasakan baca : agar ilmunya yang kita pelajari bermanfaat Sebagai penganut Agama Islam , Allah dan Rasul-Nya menyuruh agar kita memiliki sifat optimis . Optimis termasuk akhlak terpuji Orang yang memiliki sifat optimis selalu bersemangat dalam hidupnya. Ia juga rajin belajar dan bekerja untuk meraih sukses dalam mencapai cita-cita. Ada tiga macam sifat optimis ,yaitu: Optimis dalam belajar Optimis dalam bekerja Optimis dalam beribadah      1. Optimis dalam belajar      Apabila kita seorang pelajar, maka kita harus selalu optimis dalam belajar. Rajin dan bersungguh-sungguh dalam belajar dan berdoa,maka hasil ulangannya akan baik. 2. 0ptimis dalam bekerja      Dalam surat Ar-Ra'd ayat 11 disebutkan:  "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri" Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa kita harus bekerja dengan ...

Secangkir Kopi

Alhamdulillah~ Saya baru nyadar bahwa saya ini memiliki Akun Blog yang harus saya oftimalkan, sudah lama saya tak mengubris nasehat seorang sahabat tentang semua kinerja dalam Postingan di blog ini yang banyak hal yang bermanfaat. Sahabat (kata yang selalu membuat saya sejuk saat mengutarakannya) terlihat saya terlalu terbelit dengan obsesi, obsesi hidup (bukan Obsesif kompulsif), kurang terlalu memperhatikan diri sendiri, karena memang saya terlalu disibukan dengan penyakit hati yang selalu menjangkiti. datang saat kekesalan tak terbendung.. Mungkin seperti ini jadinya: ahh saya perlu banyak bersahabat dengan siapa saja terutama dengan Kebaikan. ~~ Langsung pada Tahapa awal: saya perlu bermunajat dulu, sebelum saya mengikhlaskan segala apa - apa yang terjadi pada saya. :D Mengapa saya beri Judul secangkir Kopi? karena memang saya saat ini sedang ditemani oleh secangkir Kopi, yang mana tak ada siapapun yang berbicara dengan saya, hanya suara sms dan isyarat hati saja.^^ Enta...

Mengumandangkan satu ilustrasiku (Tentang Hidup)

Berat Memang untuk menjalankan sebuah Visi or amanah hidup sebagai manusia, sempat saya terpikir jika kehidupan ini tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, maka bergunung-gunung alasan menimpali kepala saya.. Bahkan ada satu pertanyaan yang secara tiba-tiba mengaruk-garuk otak saya, katanya " ngapain loe hidup kalau kagak loe manfatin sebaik-baiknya,?   Apa sih manfaat dari semua tugas ini; saya sedikit demi sedikit mulai mengarungi dunia bawah sadar saya, dengan mengeja setiap kejernihan waktu. Mana saja yang mesti saya pertimbangkan untuk memecahkan setiap pertanyaan yang ringan di depan mata, berhenti lalu berlari dalam setiap alunan hari. Sahabat terkadang mengingatkan saya tentang kehidupan; sebagaimana dia buktikan dengan sifat dan perangai dia, ah sungguh dalam memang makna dari sebuah kehidupan. acapkali kalau seandainya hidup ini tak ada; mungkin penghuninya pun lebih tak di perlukan. bukan begitu? mengeja hari dan umur membutuhkan kontemplasi mendalam, resapi...