Normal saja kita menganggap semua hukuman yang menimpa kita itu membuat kita menyerah, atau hampir putus asa, begitupula ketika merasakan sesuatu yang di anggap sakral contoh sederhananya melalui segala ujian yang direkayasakan.
Kuliah di perguruan tinggi sudah menapaki ujung perjalananku, berjalan, merangkak, ngerjain tugas bareng-bareng, pulang pergi ke perpustakaan, kemudian galau pasti kelewatan, sangat lah menegangkan.
Alhamdulillah aye tuntas juge kuliah sarjana perdanaku habis dalam masa bakti mentok d 5 tahun yang aturannya bisa dibilang (gak tepat waktu & gak terlambat amat) tapi setelah hasil kuliahku perdanaku berakhir semakin stress adalah pikiran ku kalau disimpulkan.
Aku nulis gak faham susunan predikat dimana subjek nya yang bener diletakin dimana. #garuk garuk kepala nyari raja kutu.
Aku semakin tak memahami kinerja yang sebenar-benarnya. Tapi intinya alhamdulillah aku sudah menyelesaikan kuliahku yang banyak sekali pelajaran berharga yang perlu aku gali lagi setelah toga terpasang di kepalaku.
Belajarlah sampai keliat kuburan
Bukan sekedar kalimat diujung muhul kepala manusia
Tapi amalan nya bertenaga
Hingga ujung pusara
Perlu percaya
Selendang mana yang merangkul dahi samudra
Tetap saja makanan adalah pengeras hidupmu
Tak makanan hidup makhluk
Seketika binasa
Kereta kertas tidak bisa berucap
Ilalang kering kehabisan cerna
Semuanya dahaga membutuhkan pangan
Ilmu pun demikian
Sedetik waktu adalah benda
Yang tetap mengukir garis jaman
Wahai manusia
Belajar adalah benteng keajaiban
Disaat kebodohan menjalar ubun ubunmu
Kau memiliki rantai untung merakit kebaikan
Padahal itu sekema diri
Agar hati tentram.
Komentar
Posting Komentar